Takengon — pilargayonews.com | Seorang siswi kelas 3 di SMAN 2 Takengon, berinisial Sintia, mengaku menemukan seekor ulat dalam porsi nasi yang disediakan sekolah pada Jumat siang (1/8/2025). Makanan tersebut merupakan bagian dari program pemberian makanan bergizi kepada siswa yang didukung oleh pemerintah melalui Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) Kabupaten Aceh Tengah.
Insiden ini awalnya diungkapkan Sintia melalui pesan langsung ke akun Instagram Keber Gayo dan menjadi viral di media sosial. Dalam pesannya, ia mengaku baru menyadari keberadaan ulat saat makanan hampir habis setengah porsi.
“Aku baru sadar setelah hampir setengah habis, ternyata ada belatung di nasi itu,” tulis Sintia, dalam pesan yang kemudian diunggah ulang oleh akun publik tersebut.
Bagian dari Program Pemenuhan Gizi Nasional
Program pemberian makanan bergizi di sekolah merupakan bagian dari upaya pemerintah untuk meningkatkan ketahanan belajar dan kesehatan siswa. Program ini juga selaras dengan visi presiden terpilih Prabowo Subianto yang menekankan pentingnya pemenuhan gizi sebagai investasi sumber daya manusia Indonesia di masa depan.
Namun, insiden ini memunculkan kekhawatiran publik mengenai kebersihan dan pengawasan makanan yang disalurkan ke sekolah-sekolah.
Penjelasan Pihak Sekolah
Kepala SMAN 2 Takengon, Zulaikha, S.Pd. Ing, menyampaikan bahwa pihak sekolah selama ini telah menjalankan prosedur pemeriksaan internal sebelum makanan dibagikan kepada siswa. Ia menegaskan bahwa benda yang ditemukan bukan belatung hidup.
“Ulat yang ditemukan itu bukan belatung dan juga tidak hidup. Sebelum dibagikan, makanan sudah kami cek terlebih dahulu dan diantar ke kelas masing-masing menggunakan sistem piket,” ujar Zulaikha saat dikonfirmasi media.
Zulaikha juga menjelaskan bahwa makanan dikirim ke sekolah sekitar pukul 11.00 WIB, dan pihaknya telah berkoordinasi dengan penyedia makanan agar kejadian serupa tidak terulang.
“Kami sudah konfirmasi ke pihak pengelola agar lebih berhati-hati. Namun tentu kami juga tidak bisa mengecek seluruh makanan satu per satu,” tambahnya.
Klarifikasi dari Kepala SPPG Aceh Tengah
Kepala Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) Aceh Tengah, Agus Rianda, turut memberikan klarifikasi resmi atas insiden tersebut. Menurutnya, hasil evaluasi tim dapur dan pengawas mutu menunjukkan bahwa benda yang ditemukan merupakan ulat sayur, bukan belatung.
“Setelah dilakukan pengecekan oleh tim dapur dan quality control, dapat kami pastikan bahwa yang ditemukan adalah ulat sayur — jenis ulat kecil yang biasanya terdapat pada daun sayuran segar, terutama yang organik dan minim pestisida,” jelas Agus Rianda.
Ia menambahkan bahwa meskipun ulat tersebut tidak berbahaya secara medis, pihaknya tetap menganggap serius laporan ini. Untuk itu, SPPG telah mengambil sejumlah langkah perbaikan:
Memperketat proses pencucian dan penyortiran sayuran segar sebelum dimasak.
Menambah frekuensi pengecekan visual oleh tim quality control.
Melakukan pelatihan ulang bagi staf dapur mengenai pengelolaan bahan makanan segar.
“Kami mohon maaf atas kejadian ini. Kritik dan masukan dari masyarakat sangat kami hargai, karena menjadi bagian penting dari peningkatan layanan kami ke depan,” ujarnya.
Harapan untuk Perbaikan Program Gizi Sekolah
Kejadian ini menjadi pengingat akan pentingnya pengawasan ketat dan sistem kontrol mutu yang kuat dalam pelaksanaan program pemenuhan gizi di sekolah. Tujuan utama program—yakni memastikan setiap siswa menerima makanan yang sehat, bergizi, dan higienis—hanya dapat tercapai jika seluruh rantai distribusi dijalankan secara profesional.
Pemerintah daerah bersama pihak sekolah dan penyedia layanan makan bergizi diharapkan dapat memperkuat koordinasi dan evaluasi berkala demi menjamin kenyamanan serta keamanan siswa sebagai penerima manfaat utama.