Takengon, pilargayonews.com – Selasa 9 September 2025 | Pembangunan Masjid Baitul A’la di Kecamatan Ketol menjadi sorotan masyarakat. Sejak tahun 2021, dana ratusan juta rupiah disebut sudah terkumpul melalui iuran Aparatur Sipil Negara (ASN) dan PGRI, namun hingga kini bangunan masjid masih terbengkalai.
Dari informasi yang beredar, dana yang terkumpul disebut mencapai lebih dari Rp100 juta. Beberapa warga menilai jumlah tersebut seharusnya cukup untuk memperlihatkan progres pembangunan lebih nyata, bukan sekadar dinding plesteran seadanya. Kondisi ini pun memunculkan pertanyaan: ke mana sebenarnya dana itu dialokasikan?
Sejumlah ASN mengaku keberatan dengan iuran yang disebut “sukarela” namun terasa mengikat. Ada pula yang menilai pungutan itu dijalankan tanpa transparansi yang jelas. Namun, sebagian lainnya menilai bahwa pembangunan masjid membutuhkan biaya yang jauh lebih besar dari angka yang beredar, sehingga wajar jika hingga kini belum rampung.
Tokoh masyarakat Ketol, yang enggan disebut namanya, mengatakan masyarakat mendukung pembangunan masjid, namun berharap pengelolaan keuangan dilakukan terbuka. “Kalau memang dana belum cukup, ya harus dijelaskan ke publik. Jangan sampai ada kecurigaan yang merusak kepercayaan,” ujarnya.
Di sisi lain, beberapa warga menilai tudingan dugaan penyalahgunaan dana terlalu dini. Mereka berpendapat pembangunan masjid bersifat bertahap, menyesuaikan ketersediaan anggaran. “Kalau biaya sudah besar, bangunan pasti jalan. Tapi karena dananya masih terbatas, wajar kalau belum selesai,” kata salah seorang pengurus masjid saat ditemui singkat.
Meski begitu, publik tetap mendesak agar ada transparansi lebih jauh, termasuk audit penggunaan dana yang sudah terkumpul. Desakan juga datang agar aparat penegak hukum turun bila ditemukan indikasi penyalahgunaan.
Sementara itu, Camat Ketol yang dikonfirmasi pilargayonews.com belum memberikan penjelasan resmi terkait polemik ini. Hingga berita ini diturunkan, pihak kecamatan maupun panitia pembangunan masjid belum menyampaikan laporan terbuka soal penggunaan dana.
Masyarakat kini menunggu kejelasan: apakah proyek rumah ibadah ini benar hanya terkendala biaya, atau ada persoalan lain yang harus dibuka ke publik demi menjaga nama baik masjid dan kepercayaan umat.