Oleh Ketua DKD LSM Kaliber Aceh, Zoel Kenedi
Aceh Tenggara – pilargayonews.com| Janji manis kerap menjadi jurus politik kandidat bupati dan wakil bupati dalam setiap pesta demokrasi. Mereka berusaha menarik simpati rakyat dengan berbagai tawaran program, mulai dari bantuan untuk petani, ibu hamil, balita, hingga lansia. Namun, janji-janji tersebut kerap tak pernah terealisasi setelah mereka duduk di kursi kekuasaan.
Ketua DKD LSM Kaliber Aceh, Zoel Kenedi, menilai janji politik yang tidak ditepati hanya membuat masyarakat terbuai dan pada akhirnya kecewa. Salah satu contoh yang ia soroti adalah janji bantuan Rp1 juta per bulan bagi kelompok petani RDKK, ibu hamil, balita, dan orang jompo, yang hingga kini tidak pernah terlaksana.
“Janji itu hanya cuap-cuap politik untuk meraih suara dalam pilkada. Faktanya setelah terpilih, masyarakat hanya diberi sembako yang pembagiannya pun tidak merata dan lebih banyak dinikmati kolega tertentu,” ungkapnya.
Zoel menilai partai politik juga memiliki tanggung jawab dalam mengawasi kandidat yang mereka usung. Hilangnya peran ideologis partai membuat kandidat bebas menebar janji tanpa ada kontrol.
Ia juga menyinggung praktik pembagian sembako oleh partai politik tertentu yang justru menimbulkan kekecewaan karena tidak tepat sasaran dan penuh desakan dalam proses pembagian.
“Janji-janji manis hanya tinggal cerita. Padahal saat kampanye mereka berkali-kali datang ke masyarakat dengan iming-iming mensejahterakan rakyat. Setelah terpilih, semua janji itu hilang begitu saja,” katanya.
Meski demikian, Zoel mengakui ada faktor eksternal yang bisa membuat janji politik sulit diwujudkan, misalnya krisis ekonomi atau keterbatasan anggaran. Namun menurutnya, pemimpin yang memiliki hati nurani seharusnya berpikir seribu kali sebelum mengucapkan janji yang belum tentu bisa ditepati.
“Masyarakat semestinya lebih cerdas menyikapi janji politik. Jangan mudah percaya sebelum ada bukti nyata. Karena janji politik tidak bisa dituntut di pengadilan, hanya bisa diukur dengan moralitas seorang pemimpin,” tegasnya.
Ia menutup dengan pesan bahwa kehilangan kepercayaan masyarakat akan menjadi kerugian besar bagi pemimpin yang tidak konsisten. “Baik yang berjanji maupun yang diberi janji harus belajar. Janji tanpa bukti hanya akan berakhir dengan kekecewaan.”






