Tengah,Pilargayonews.com – 30 Maret 2025, Aceh Tengah tengah menghadapi krisis moral yang mengkhawatirkan di lingkungan dunia pendidikan. Hilangnya nilai-nilai luhur di kalangan Aparatur Sipil Negara (ASN), serta degradasi etika dan estetika di kalangan siswa-siswi, menjadi permasalahan yang mencoreng citra pendidikan di daerah ini. Kondisi ini semakin diperparah oleh oknum pejabat yang memiliki kewenangan tetapi justru membiarkan praktik-praktik tidak bermoral terjadi di jajaran Dinas Pendidikan.
Kasus ini mencuat setelah tidak adanya kejelasan sikap dan disiplin yang diberikan kepada oknum ASN berinisial IS dan EW, yang sebelumnya sempat digerebek warga dan dinyatakan menikah siri oleh Kepala Dusun Pintu Nangaka, Desa Bebesen, Rizal. Bukannya mendapatkan sanksi tegas, kasus ini justru dibiarkan mengambang tanpa penyelesaian yang jelas. Hal ini menimbulkan pertanyaan besar: Apakah integritas dan disiplin ASN tidak lagi menjadi prioritas di Aceh Tengah?
Alih-alih menegakkan norma dan etika, beberapa pejabat yang memiliki kewenangan atas pelanggaran etik ini seolah menjadikan pelanggaran ini sebagai hal yang lumrah, bahkan sebagai bahan informasi yang dipoles seolah sebuah prestasi. Sikap permisif ini memberikan dampak yang merusak terhadap dunia pendidikan, di mana siswa yang seharusnya mendapat teladan justru menyaksikan perilaku menyimpang dari para figur yang seharusnya menjadi panutan.
Proses penanganan kasus ini pun berjalan lambat, memunculkan dugaan bahwa ada upaya untuk menutup-nutupi kebenaran. Keterlambatan dalam tindakan penegakan disiplin dari dinas terkait semakin menguatkan keyakinan publik bahwa kasus ini sengaja dibiarkan berlarut-larut tanpa penyelesaian yang jelas.
Julian Binasco, mantan Presiden Mahasiswa Universitas Gajah Putih, bersama berbagai organisasi mahasiswa, dengan tegas menyayangkan kejadian ini. Mereka menyoroti bagaimana lingkungan pendidikan yang seharusnya menjadi tempat menanamkan nilai-nilai moral justru tercemar oleh praktik-praktik yang bertentangan dengan etika dan integritas.
Lebih memprihatinkan lagi, para pejabat yang bertanggung jawab atas sektor pendidikan di Aceh Tengah terkesan hanya bersandiwara, menampilkan citra seolah peduli tetapi membiarkan pelanggaran etik ini terus berlangsung tanpa tindakan konkret.
Begitu juga pendapat Koordinator Parlemen Jalanan Afrian Toga atau yang akrab disapa Bung Toga.
“Kasus ini akan menjadi kado terindah bagi para pejabat yang berwenang dan setelah berakhirnya bulan baik ini kami akan melakukan konsolidasi secara militan untuk membangun sebuah gerakan guna mendobrak pintu kantor pemerintahan dengan aksi besar-besaran. Ini tidak bisa dibiarkan dan kami akan bersuara di hadapan Bupati dan DPRK Aceh Tengah, pasalnya di dinas Pendidikan terlalu banyak oknum oknum yang tidak bermoral sehingga merusak kepercayaan masyarakat” tutup Toga.
Sejumlah mahasiswa dan aktivis juga mulai menggalang petisi dan kampanye di media sosial dengan tagar #SavePendidikanAceh #ASNBeretika #TolakPelanggaranMoral. Mereka berharap masyarakat ikut bersuara untuk menuntut transparansi dan ketegasan dalam penanganan kasus ini.
Bupati Aceh Tengah dan Kepala Dinas Pendidikan segera mengambil langkah tegas terhadap ASN yang terlibat dalam pelanggaran moral ini.
Situasi ini menjadi alarm bagi semua pihak, terutama masyarakat dan lembaga yang memiliki kewenangan, untuk segera bertindak. Pendidikan adalah pilar utama dalam mencetak generasi penerus bangsa yang berintegritas. Jika lingkungan pendidikannya telah tercemar, maka kehancuran moral di masa depan hanyalah masalah waktu. Oleh karena itu, diperlukan ketegasan dalam menindak oknum-oknum yang mencederai dunia pendidikan agar nilai-nilai luhur tetap tegak dan menjadi pondasi kuat bagi generasi mendatang.
Yusra Efendi