Kutacane, pilargayonews.com — Perayaan Hari Ulang Tahun (HUT) Kabupaten Aceh Tenggara yang ke-51 tahun ini berlangsung meriah. Sejak pagi hingga malam, berbagai kegiatan seremonial dan hiburan rakyat digelar di sejumlah titik, dari Lawe Pakam hingga ke Rumah Bundar. Namun di tengah gemerlap panggung dan penuhnya baliho ucapan selamat dari para pejabat, tersimpan kegelisahan dari sebagian masyarakat yang menilai euforia ini telah kebablasan dan tak lagi mencerminkan makna sebenarnya dari hari jadi.
Ketua LSM Kaliber Aceh, Zoel Kenedi, menyuarakan kritik tajam terhadap bentuk perayaan HUT tersebut yang dinilai mengabaikan kondisi riil masyarakat. Dalam pernyataan tertulisnya, Zoel menilai bahwa semarak dan pesta pora ini justru menodai esensi sejarah terbentuknya Aceh Tenggara sebagai daerah yang dibangun atas dasar semangat kebersamaan, musyawarah, dan perjuangan tokoh-tokoh pendiri terdahulu.
“Aceh Tenggara ini indah, diapit Gunung Leuser dan Bukit Barisan, tapi banyak warganya masih tidur di gubuk, beralaskan baliho dan berdinding tepas. Pantaskah kita menghamburkan anggaran ratusan juta hingga miliaran hanya untuk kesenangan segelintir orang?” tegas Zoel.
Zoel juga menyoroti keikutsertaan para pejabat dari level kepala dinas, camat, hingga kepala desa yang larut dalam perayaan mewah, tanpa menunjukkan empati terhadap masyarakat miskin di wilayahnya.
Ia menyayangkan bahwa momentum penting seperti hari jadi daerah tidak dimanfaatkan untuk program-program yang menyentuh langsung kehidupan masyarakat. Seharusnya, menurutnya, hari ulang tahun ini diisi dengan kegiatan sosial yang memberi manfaat nyata bagi rakyat.
“Bayangkan jika di hari jadi ini pemerintah meresmikan rumah layak huni, memberikan bantuan tunai kepada masyarakat miskin, memperbaiki jalan berlubang, membangun jembatan rusak, memberi beasiswa kepada pelajar kurang mampu, menyantuni anak yatim, hingga menggelar pengobatan gratis. Itulah bentuk perayaan yang kami, rakyat Aceh Tenggara, dambakan,” lanjutnya.
Zoel mengajak seluruh elemen masyarakat untuk merenung dan kembali kepada semangat awal pembentukan Kabupaten Aceh Tenggara — yaitu “Sepakat Segenep”, bermusyawarah dan bergotong royong demi kehidupan sosial yang lebih harmonis dan adil.
Sebagai penutup, ia menyampaikan salam perbaikan kepada seluruh pemangku kepentingan di Aceh Tenggara agar momentum ulang tahun ini dijadikan titik balik untuk berpihak sepenuhnya kepada rakyat, bukan kepada kepentingan pribadi atau kelompok.