Takengon, Pilargayonews.Com – Di tengah polemik rencana pembongkaran Cangkol Padang dalam program normalisasi Danau Lut Tawar serta aksi Nelayan Cangkol Padang dan Cangkol dedem di depan DPRK Aceh tengah 16 Mei 2025,Julian Binasco, tokoh muda sekaligus Poltisi, menyatakan dukungan penuhnya terhadap langkah yang diambil Pemerintah Kabupaten Aceh Tengah.
Menurut Julian, pembongkaran Cangkol Padang bukan sekadar tindakan teknis, melainkan langkah strategis demi menyelamatkan ekosistem danau yang menjadi jantung kehidupan masyarakat Gayo. Ia menilai bahwa pertumbuhan aktivitas manusia di seputaran danau selama ini tidak diimbangi dengan tata kelola lingkungan yang memadai.
“Cangkol Padang adalah simbol dari ketidakberdayaan kita menjaga keseimbangan alam. Banyak yang tidak sadar bahwa sedimentasi dan pencemaran sudah dalam tahap mengkhawatirkan. Kalau tidak segera ditertibkan, kita sedang mewariskan bencana ekologi kepada generasi mendatang,” tegas Julian dalam keterangannya.
Lebih lanjut, Julian menyebut bahwa keberanian pemerintah membongkar kawasan yang dianggap ‘sensitif’ itu justru menunjukkan keberpihakan terhadap kepentingan jangka panjang. Ia menyayangkan sebagian kalangan yang melihat normalisasi sebagai ancaman, bukan sebagai penyelamatan.
Namun begitu, Julian juga menekankan pentingnya pendekatan yang manusiawi. Ia mendorong pemerintah untuk tetap menjalin komunikasi yang baik dengan warga terdampak dan menyediakan solusi alternatif, baik dalam bentuk kompensasi usaha, relokasi terhormat, maupun pelatihan keterampilan baru.
“Kita harus adil. Tidak semua masyarakat di sekitar danau adalah perusak. Banyak di antara mereka adalah korban dari minimnya sosialisasi dan pembinaan. Jadi, pemerintah juga punya tanggung jawab moral untuk mendampingi mereka melalui masa transisi,” ucapnya.
Pernyataan Julian hadir di tengah memanasnya gelombang protes dari sejumlah kelompok nelayan dan warga yang menolak pembongkaran Cangkol Padang, dengan alasan hilangnya mata pencaharian dan minimnya transparansi dalam proses pelaksanaan.
Namun bagi Julian, keberlanjutan danau harus menjadi prioritas utama. Ia bahkan menyebut bahwa dukungan terhadap normalisasi bukanlah bentuk tunduk pada kekuasaan, melainkan kesadaran kolektif untuk menyelamatkan warisan alam yang tak tergantikan.
“Jika kita tidak tegas hari ini, maka 10 tahun ke depan, anak cucu kita tidak akan lagi mengenal Danau Lut Tawar yang kita banggakan selama ini,” tutupnya.
Editor: Yusra Efendi