ACEH BESAR – pilargayonews.com | Deputi I Badan Reintegrasi Aceh (BRA) Fauzan Azima mengingatkan bahwa perjuangan rakyat Aceh belum berakhir meski perdamaian telah berusia dua dekade. Menurutnya, damai yang dirasakan hari ini merupakan nikmat besar yang harus terus dijaga dan diisi dengan kerja nyata untuk kemajuan daerah.
Hal itu disampaikan Fauzan dalam Diskusi Kepemudaan yang digelar Jaringan Aneuk Syuhada Aceh (JASA) Aceh Besar, bertema “Spirit Pemuda Aceh dalam Merawat Perdamaian Berkelanjutan melalui Momentum Sumpah Pemuda”, di Kantor Dekranasda Aceh Besar, Gampong Gani, Kecamatan Blang Bintang, Senin (20/10/2025).
“Damai yang kita rasakan hari ini harus kita rawat, tapi itu bukan berarti perjuangan sudah selesai,” tegas Fauzan di hadapan lebih dari seratus peserta yang hadir.
Fauzan, yang juga dikenal sebagai mantan Panglima Gerakan Aceh Merdeka (GAM) Wilayah Gayo, menyebut bahwa perjuangan pasca-perdamaian justru lebih berat daripada masa konflik.
“Perang dari tahun 1976 sampai 2005 itu adalah perang kecil. Setelah damai sampai hari ini, kita sedang menjalani perang besar,” ujarnya.
Menurut Fauzan, masih banyak pekerjaan rumah yang belum tuntas. Ia menyoroti tiga hal utama yang harus diperjuangkan bersama:
Realisasi penuh butir kesepakatan damai Helsinki,
Pelimpahan kewenangan Aceh secara utuh, dan
Pembentukan dana abadi perdamaian Aceh.
“Tiga hal ini adalah fondasi yang akan menentukan arah masa depan Aceh. Tanpa itu, semangat perjuangan bisa tereduksi,” tegasnya.
Dalam kesempatan itu, Fauzan juga menyoroti maraknya caci maki dan fitnah terhadap mantan pimpinan GAM di media sosial. Menurutnya, fenomena tersebut justru bisa merusak nilai perjuangan dan citra Aceh sendiri.
“Menurut saya, JASA harus membentuk tim untuk mengontra isu liar yang tidak berdasar agar pemimpin perjuangan tidak terus menjadi bahan bullyan setiap hari,” katanya.
Ia menilai, menjaga kehormatan para tokoh yang berjuang demi perdamaian adalah bagian dari tanggung jawab moral generasi muda Aceh saat ini.
Fauzan juga berpesan agar anggota JASA dan pemuda Aceh pada umumnya memperkuat rasa kepedulian sosial, menerima keberagaman, dan mengedepankan persatuan lintas wilayah, suku, dan bahasa.
“Kita harus hilangkan sekat-sekat perbedaan dan fokus membangun Aceh bersama,” ujarnya.
Selain itu, ia mendorong generasi muda Aceh untuk terus menempuh pendidikan agar dapat mengambil peran strategis dalam pembangunan.
“Pemuda JASA harus berpendidikan, memiliki wawasan luas, dan berperan aktif di masa damai. Karena masa depan Aceh ada di tangan mereka,” tutup Fauzan.