Takengon – Aksi protes Aliansi Masyarakat Gayo (AMG) di Gedung DPRK Aceh Tengah, Rabu 10 September 2025, semakin memanas. Massa menyuarakan mosi tidak percaya terhadap Bupati, Wakil Bupati, dan DPRK Aceh Tengah, yang mereka nilai gagal menjalankan amanah rakyat.
“Kami hadir bukan untuk kepentingan kelompok manapun. Meski jumlah kami tak besar, ini bukti bahwa keresahan rakyat tidak bisa dibungkam,” teriak salah satu orator aksi.
AMG menuding pemerintah daerah abai terhadap persoalan strategis, salah satunya pembalakan liar di Bur Kelieten. Tak hanya itu, mereka juga membawa daftar 40 persoalan besar yang gagal ditangani, mulai dari kemiskinan yang kian meningkat, pelayanan publik yang amburadul, praktik korupsi yang dibiarkan, hingga potensi daerah yang terbengkalai.
Sebagai simbol kemarahan, massa AMG menyalakan api dan membakar ban bekas di depan gedung DPRK. Asap hitam pekat mengepul, menggambarkan bara perlawanan warga yang kecewa terhadap pemimpin daerah.
Ketegangan makin memuncak setelah massa mengetahui Bupati Aceh Tengah tidak hadir menemui mereka. Kekecewaan berubah menjadi amarah. AMG menilai ketidakhadiran itu bentuk pelecehan terhadap aspirasi rakyat, sementara Bupati disebut lebih memilih menghadiri acara seremonial.
“Kalau begini caranya, berarti rakyat tidak dihargai! Kami tidak butuh janji manis, kami butuh pemimpin yang hadir bersama rakyat!” teriak seorang orator dengan suara bergetar.
Sebagai bentuk protes keras, massa kemudian menyegel Kantor Bupati Aceh Tengah. Aksi itu menjadi penegasan bahwa rakyat tidak lagi percaya pada kepemimpinan yang dianggap sibuk pencitraan, namun abai pada penderitaan masyarakat.
Dalam pernyataannya, AMG juga melayangkan lima tuntutan utama kepada Bupati, Wakil Bupati, DPRK, Aparat Penegak Hukum, hingga Menteri Dalam Negeri. Mereka menegaskan aksi tidak akan berhenti sampai tuntutan dipenuhi.