Bener Meriah – pilargayonews.com | Aksi kekerasan yang melibatkan geng motor remaja mengguncang ketenangan Kabupaten Bener Meriah. Polres setempat berhasil mengungkap fakta mengejutkan: delapan kelompok geng motor aktif dengan total anggota mencapai 227 orang, mayoritas masih berstatus pelajar.
Peristiwa tawuran terjadi pada Minggu malam, 4 Mei 2025, sekitar pukul 20.30 WIB di Lapangan Pacuan Kuda, Sengeda, Kecamatan Bukit. Dalam insiden itu, dua remaja menjadi korban kekerasan. Korban pertama, M.A. (17) asal Kampung Arul Latong, Aceh Tengah, mengalami luka bacok di tangan kiri dan punggung akibat diserang dengan celurit oleh RM (19). Korban kedua, HA (15) dari Kampung Bale Atu, Kecamatan Bukit, mengalami luka memar di pelipis dan kepala belakang akibat dikeroyok tiga pelaku.
Kapolres Bener Meriah, AKBP Aris Cai Dwi Susanto, S.I.K., M.I.K., dalam konferensi pers Kamis (8/5/2025), menyampaikan bahwa RM merupakan pimpinan salah satu geng motor. Ia ditangkap Tim Resmob pada Rabu dini hari (7/5/2025) di sebuah warung kopi. Sementara dua pelaku lainnya, AF alias Boker (21) dan SB alias Pedok (18), ditangkap keesokan harinya di Kampung Janarata.
“Dalam operasi ini, kami mengamankan 33 remaja yang tergabung dalam berbagai kelompok geng motor. Dari hasil pemeriksaan, ditemukan bahwa sebagian dari mereka mengonsumsi lem sebelum melakukan aksi,” ujar Kapolres.
Barang bukti yang diamankan meliputi 2 celurit, 6 pedang samurai, 1 cambuk, 1 gir motor, 1 pisau, 3 bendera geng motor, 17 unit handphone, dan 8 sepeda motor.
Menariknya, dari 33 remaja yang ditangkap, sebagian besar masih di bawah umur. Mereka tidak diproses secara pidana, namun akan dibina melalui pendekatan edukatif bersama orang tua, sekolah, dan pemerintah daerah. Dalam deklarasi bersama, para remaja menyatakan komitmen membubarkan geng mereka dan tidak mengulangi perbuatan serupa.
Kapolres mengimbau masyarakat, khususnya orang tua dan pihak sekolah, untuk meningkatkan pengawasan terhadap anak-anak. “Pastikan anak-anak tidak keluar rumah melewati pukul 22.00 WIB, dan arahkan mereka kepada kegiatan positif. Pemerintah daerah harus menyediakan ruang ekspresi seperti olahraga, seni, dan organisasi kepemudaan,” tegasnya.
Kasus ini menjadi sorotan serius bahwa ancaman geng motor kini menyasar daerah pedalaman dan melibatkan remaja usia sekolah. Aparat dan masyarakat diharapkan bersinergi agar kejadian serupa tidak terulang.