Takengon,Pilargayonews.com – 19 April 2025, Gerakan Pemuda ALA (GERPA) mengeluarkan pernyataan terbuka yang menggugah publik Secara Nasional, khususnya Pemerintah Aceh, terkait perjuangan panjang masyarakat di wilayah tujuh kabupaten yang mendambakan hadirnya Provinsi Aceh Leuser Antara (ALA).
Dalam rilis resminya dari Jakarta, Ketua GERPA, Gilang Ken Tawar, menyampaikan bahwa sudah saatnya Gubernur Aceh menunjukkan sikap kenegarawanan sejati dengan mendukung dan mempermudah proses pemekaran Provinsi ALA.
“Cinta kepada rakyat bukanlah slogan di spanduk atau kutipan dalam pidato. Cinta sejati adalah ketika seorang pemimpin berani berdiri di persimpangan sejarah dan memilih jalan yang paling sunyi: jalan keadilan,” tegas Gilang.
Ia menekankan bahwa wilayah ALA—meliputi Aceh Tengah, Bener Meriah, Gayo Lues, Aceh Tenggara, Aceh Singkil, Subulussalam, dan Aceh Tamiang—selama ini berada dalam bayang-bayang pembangunan yang timpang.
“Wilayah kami ibarat taman yang subur, tapi terus-menerus disiram dari jarak jauh. Kami tidak menuntut istana, hanya atap bagi rumah kami sendiri. Jangan biarkan sejarah mencatat bahwa yang kita sebut ‘Aceh’ ternyata tak pernah benar-benar satu,” lanjutnya.
Dalam kesempatan yang sama, Wakil Ketua GERPA, Sinar Harapan, menambahkan bahwa perjuangan ALA bukan bentuk pemberontakan, melainkan bentuk cinta terhadap Aceh itu sendiri.
“Kami tidak sedang menggugat Aceh. Kami justru ingin menyelamatkan Aceh dari ketimpangan yang kian melebar. ALA bukan perpecahan, melainkan pemekaran dari harapan,” ujarnya.
Ia juga menyampaikan agar para pemimpin, khususnya Gubernur Aceh, tidak melihat aspirasi ALA sebagai ancaman, tetapi sebagai panggilan sejarah.
“Jika engkau ingin dikenang bukan hanya sebagai penguasa, tapi sebagai negarawan, maka ukirlah namamu dalam sejarah ALA,” tambah Sinar dengan penuh semangat.
GERPA juga menyerukan kepada seluruh masyarakat dan Komite Persiapan Pembentukan Provinsi ALA (KP3ALA) untuk terus menjaga semangat, kesabaran, dan konsistensi di jalur konstitusi.
“Bagi kami, pemekaran bukan lagi pilihan—tetapi kebutuhan zaman,” tutup Sinar Harapan.
Edititor:Yusra Efendi