Oleh Ketua Kaliber Aceh Zoel Kenedi
Kutacane – Tanpa mengurangi rasa hormat, rasanya sungguh sulit menemui sosok pemimpin politik sekelas Nelson Mandela di negeri ini, Khususnya Di Aceh Tenggara.Sepertiga hidup negarawan asal Afrika Selatan itu dijalaninya dari balik jeruji. Ia dipenjara karena sikapnya yang melawan ketidakadilan atas dominasi kaum kulit putih di negaranya.
Saat angin Perbaikan datang dan membawanya ke pucuk kekuasaan, ia tidak menjadi gelap mata untuk membalaskan dendam atau mengkriminalisasi kelompok yang berseteru dengannya. Sejarah pun mencatat, rekonsiliasi konflik yang digagasnya telah membawa Afsel mengalami perubahan menjadi lebih baik.
Pertanyaan lebih substansial: apakah pemimpin Daerah tetap pada komitmen perbaikan? Atau justru ide ide perbaikan yang dicanangkan hanya tinggal slogan kampanye karena ketidaksiapan menerima risiko-risiko perbaikan? Terakhir, apakah Pimpinan Daerah dapat dipandang sebagai pemimpin yang memiliki tipe kepemimpinan konsisten dalam pengertian teguh dengan karakter dirinya, berani mengambil keputusan berisiko, atau justru menjalankan kepemimpinan populis dengan segala pencitraannya? Dengan berbagai akun palsu
Sebuah bentuk ironi juga terjadi ketika seorang terpidana korupsi seperti eks Ketua Umum Partai Demokrat Anas Urbaningrum mendapatkan sambutan luar biasa ketika terbebas dari penjara. Suka atau tidak, fenomena Anas itu telah mengubah cara kita melihat korupsi dan pelakunya.Lantas, menjadi sangat bertentangan dengan apa yang pernah dilakukan Mandela adalah ketika kritik masyarakat pada pemimpin justru berbuah laporan pidana dan intimidasi.
Para pemimpin yang dikiritik itu mencari celah kesalahan para pengkritiknya., dijadikan alasannya. Para pemimpin itu justru dibutakan terhadap substansi kritik yang disampaikan bahwa pembangunan infrastruktur di Agara masih belum berjalan optimal,bahkan Siltap Perangkat Desa Baru dibayarkan sampai bulan Februari 2025 saat ini sudah memasuki pertengahan Bulan juli namun tunjangan lelah kepala Desa tak kunjung cair
Namun dengan jumlah milyaran pimpinan Daerah dan Pimpinan Legislatif Mampu menciptakan pembelian mobil Dinas ,disaat rakyat menuntut perbaikan di segala lini , pendidikan, ekonomi dan sebagainya
Aneh memang saat kami mengkritik Kinerja pemimpin Daerah maka,akun foke juga entah siapa yang memberi perintah langsung membuat status di Media sosial,kalau tidak mau dikeritik jangan jadi pimpinan
Sungguh sangat tidak becus menjadi pimpinan suatu Daerah bila masih menggunakan Akun foke saat dirinya dikeritik,Wahai Pemimpin Negeri Alas ini Anda itu pimpinan Daerah Bukan Pemimpin kelas kampung.
Gentle Mane saja kalau dikeritik , jangan perintah akun palsu untuk membantu pencitraan mu Wahai Pemimpin Akun Foke Dono Dono.
para pemimpin dan elite politik yang sekarang berkuasa, saatnya untuk tidak bersumbu pendek dalam merespons kritik,serta menjadi alarm untuk lebih bijak dalam bersikap dan berhati-hati semoga korupsi yang mereka lakukan itu tidak lekas terbongkar di saat krusial kelak.
Lalu buat yang pemimpin dalam kontestasi politik Aceh Tenggara ini, mulailah instropeksi diri apakah cara tersebut akan cukup ideal untuk memperbaiki negeri ini?