GOS Tak Lagi Bersuara, Budaya Gayo Menanti Rumahnya Dihidupkan Kembali

- Editor

Kamis, 12 Juni 2025 - 15:23 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Takengon – pilargayonews.com | Gedung Olah Seni (GOS) di jantung Kota Takengon pernah berdiri sebagai simbol semangat budaya Gayo. Di sinilah dulu syair didong bersahut-sahutan, derap tari guel menggema, dan seni lokal menemukan ruang untuk tumbuh. Namun hari ini, gedung itu lebih sering sunyi. Panggungnya kosong. Suaranya menghilang.

Anggota Komisi D DPRK Aceh Tengah, Syukri, tak menyembunyikan kegelisahannya. Dalam wawancara bersama media, ia menyampaikan bahwa GOS telah melenceng dari visi awal pembangunannya. “GOS itu dibangun untuk jadi pusat seni dan budaya Gayo. Tapi hari ini, fungsinya nyaris tak terlihat lagi,” ujarnya.

Syukri melihat, lemahnya perhatian terhadap pelestarian fungsi GOS sebagai rumah budaya telah berdampak pada merosotnya eksistensi kesenian lokal. Anak-anak muda Gayo kehilangan ruang belajar seni tradisi. Para seniman tak lagi punya tempat yang layak untuk berkarya.

“Kita seperti sedang membiarkan warisan leluhur kita menghilang perlahan. GOS yang seharusnya jadi rumah, sekarang seperti bangunan kosong tanpa jiwa,” tambahnya.

Baca Juga:  Babinsa Koramil 04/Bintang Tunjukkan Kepedulian Lewat Komsos Bersama Tokoh Masyarakat

Ia pun mendesak Pemerintah Kabupaten Aceh Tengah, khususnya Bupati, untuk mengambil langkah nyata: mulai dari perbaikan fisik hingga penguatan program-program seni dan budaya. Ia membayangkan GOS sebagai pusat aktivitas yang hidup kembali — tempat pentas, diskusi, pameran seni, serta laboratorium pelestarian budaya Gayo.

“Saya berharap kepada Bupati agar GOS ini direnovasi, ditata ulang, dan dimanfaatkan sebagaimana mestinya. Jangan biarkan panggung ini terus diam, sementara budaya kita perlahan tergerus zaman,” tegasnya.

GOS Aceh Tengah sejatinya dibangun untuk menjadi jantung kehidupan seni dan budaya masyarakat. Tapi kini, gedung itu lebih sering digunakan untuk acara-acara umum yang jauh dari dunia seni — bahkan tak jarang dibiarkan kosong, sunyi, dan tidak terawat.

Pernyataan Syukri menjadi pengingat penting di tengah derasnya arus modernisasi: bahwa budaya, jika tidak dirawat, bisa lenyap. Dan GOS — rumahnya sendiri — justru menjadi tempat pertama di mana suara itu perlahan menghilang.

Berita Terkait

Sapriadi, Sosok Muda Energik Terpilih Jadi Reje Cibro Periode 2025–2031
Di Balik Sengketa Pilreje Pedemun: Dari Suara Rakyat ke Fakta Integritas
Andry Syah Putra Raih Kemenangan Telak dalam Pemilihan Reje Blang Delem 2025–2031
Pengerjaan Proyek MCK PUPR Aceh Tenggara Tahun 2025 Swadaya Desa , Dinas PUPR sarang masalah
Babinsa Koramil 04/Bintang Bantu Warga Membangun Rumah di Desa Dedamar
Pembuatan MCK oleh Satgas TMMD ke-126 di Desa Arul Gele Capai 30 Persen
Tumbuhkan Kesadaran,Tim Satgas TMMD ke 126 Berikan Penyuluhan Hukum Dan Kamtibmas
Satgas TMMD Ke-126 Kodim 0106/Aceh Tengah Bantu Pemasangan Jalur Pipanisasi di Desa Bukit Sari
Berita ini 130 kali dibaca

Berita Terkait

Kamis, 23 Oktober 2025 - 15:25 WIB

Sapriadi, Sosok Muda Energik Terpilih Jadi Reje Cibro Periode 2025–2031

Kamis, 23 Oktober 2025 - 13:58 WIB

Di Balik Sengketa Pilreje Pedemun: Dari Suara Rakyat ke Fakta Integritas

Kamis, 23 Oktober 2025 - 10:51 WIB

Andry Syah Putra Raih Kemenangan Telak dalam Pemilihan Reje Blang Delem 2025–2031

Kamis, 23 Oktober 2025 - 08:08 WIB

Babinsa Koramil 04/Bintang Bantu Warga Membangun Rumah di Desa Dedamar

Kamis, 23 Oktober 2025 - 04:21 WIB

Tumbuhkan Kesadaran,Tim Satgas TMMD ke 126 Berikan Penyuluhan Hukum Dan Kamtibmas

Kamis, 23 Oktober 2025 - 04:19 WIB

Satgas TMMD Ke-126 Kodim 0106/Aceh Tengah Bantu Pemasangan Jalur Pipanisasi di Desa Bukit Sari

Rabu, 22 Oktober 2025 - 15:34 WIB

Tenggelam di Tengah Kesadaran: Ego yang Menghapus Masa Depan

Rabu, 22 Oktober 2025 - 06:14 WIB

Polres Aceh Tengah Gelar Donor Darah, Wujud Kepedulian Sambut Hari Jadi Humas Polri ke-74

Berita Terbaru