Takengon — Situasi pasca banjir dan longsor di wilayah tengah Aceh semakin memprihatinkan. Bukan hanya menghadapi kerusakan infrastruktur, ribuan warga kini terancam mengalami kelaparan akibat krisis pasokan bahan pangan dan bahan bakar minyak (BBM).
Sejumlah toko grosir di Takengon dan kecamatan terdampak dilaporkan mulai kehabisan persediaan beras, telur, mie instan, gula, dan air mineral. Warga yang masih mencari pasokan terpaksa membeli dengan harga jauh di atas normal.
Bahkan, beras kemasan 15 kilogram kini dijual dengan harga mencapai Rp500 ribu. Kondisi ini memicu keluhan masyarakat karena dinilai tidak wajar terjadi di tengah situasi darurat bencana.
Salah satu warga Kampung Timangan Gading, Aman Kenzie, mengungkapkan bahwa stok kebutuhan pokok hampir tidak tersedia di tingkat grosir maupun eceran.
“Beras, indomie, dan telur sudah habis di toko grosir. Kalau pun ada, harganya sangat mahal dan tidak wajar,” ujarnya, Selasa (02/12/2025).
Aman menyesalkan adanya pihak yang diduga memanfaatkan bencana sebagai kesempatan keuntungan.
“Kita sedang tertimpa musibah. Toko-toko yang masih ada stok jangan mematok harga sesuka hati,” tegasnya.
Ia berharap seluruh pihak ikut membantu meringankan beban warga terdampak, terutama bagi yang kini terisolasi akses darat akibat longsor.
“Dalam keadaan begini kita harus saling bantu. Semua terdampak banjir dan longsor. Pemerintah jangan tinggal diam,” katanya.
Selain krisis pangan, warga juga menghadapi gangguan listrik, sinyal komunikasi, dan distribusi bantuan karena akses jalan di sejumlah titik masih tertimbun longsor.
Hingga berita ini ditayangkan, pemerintah daerah bersama tim penanggulangan bencana masih berupaya membuka jalur serta mendistribusikan suplai logistik ke wilayah yang terdampak paling parah.






