Oleh Ketua Kaliber Aceh Zoel Kenedi
Kutacane – Kepemimpinan melayani sebagai paradigma kepemimpinan yang sangat melekat kehidupan. Jika melihat zaman sekarang, potret kepemimpinan cenderung elitis. Di mana kepemimpinan sering kehilangan sensitivitas, empati, simpati terhadap keadaan rakyat.
“Kita melihat ada kecenderungan pemimpin yang mereka lebih sibuk untuk mementingkan dirinya, kroninya, dan kelompoknya. Kemudian dengan mengabaikan kepentingan yang lebih besar yaitu kepentingan Daerah yang dipimpinnya
kepemimpinan melayani direpresentasikan sebagai sosok yang melayani masyarakat bukan justru dilayani. Artinya kehadiran pemimpinan di tengah kehidupan sebagai pelayan masyarakat demi meningkatkan pelayanan publik dan kesejahteraan masyarakat.
“Pemimpin itu menempatkan dirinya sebagai pelayan. Banyak yang menyebutkan pemimpin melayani adalah pemimpin yang lebih mengutamakan kepentingan komunitas yang dipimpinnya, organisasi yang dipimpinnya, dan masyarakat yang dipimpinnya daripada kepentingan dirinya dan keluarganya,”
kepemimpinan melayani juga bersifat altruistik. Yakni pemimpin yang memilih mengorbankan berbagai hal yang menyangkut kepentingan pribadi demi mementingkan hajat hidup seluruh masyarakat. Artinya sosok pemimpin memberikan pelayanan terbaik, bukan malah melakukan tindakan penyimpangan dari konstitusi dan ajaran luhur agama.
“Kepemimpinan melayani adalah kepemimpinan yang peduli (care). Kepemimpinan yang senantiasa hirau terhadap keadaan masyarakat dan organisasi yang dipimpinnya. Sehingga dia punya sensitivitas yang tinggi di kehidupan masyarakatnya,” seperti muncul kata Sergahan pada salah satu Media online Pekak Kadang ko
corak kepemimpinan yang peduli itu meniscayakan hidupnya memiliki pancaran rasa cinta yang tinggi terhadap masyarakat. Artinya, pemimpin yang tulus melayani masyarakat dan punya jiwa tegas serta pemberani untuk berjuang memajukan dan menyejahterakan kehidupan masyarakat secara komprehensif.bukan memanfaatkan ,serta mengerogoti Dana Desa untuk mengembalikan modal pileg serta Pilkada dahulu.
Ketua LSM Kaliber Aceh menyimpulkan kepemimpinan melayani kelindan dengan kepemimpinan yang memajukan. Dalam trilogi Ki Hajar Dewantara, istilah kepemimpinan itu dilukiskan sebagai Tut Wuri Handayani. Maknanya, pemimpin harus mampu mendorong orang-orang yang dipimpin agar berani berjalan di depan dan sanggup bertanggung jawab Bukan malas menjadi otak program titipan
Pemimpin itu semustinya dapat meniru model kepemimpinan Rasul Saw. Dia pemimpin sejati sebagai uswah hasanah. Pemimpin harus menjadi teladan terbaik, termasuk lisan dan lakunya memancarkan keteladanan yang utama.bukan menjadi pemimpin yang berkuasa bak mafia