Aceh Tengah Pilargayo.com– Kesabaran masyarakat Desa Asia dan tiga desa tetangga—Desa Bale, Desa Bujang, dan Desa Asir-Asir Atas—mulai habis. Dua jembatan penghubung yang rusak akibat proyek Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) masih belum diperbaiki, meski janji perbaikan telah dilontarkan satu tahun lalu.
Saat itu, perwakilan PLN dan PLTA dalam pertemuan di kantor Camat Lut Tawar menegaskan akan segera membangun kembali jembatan yang rusak. Namun, hingga awal 2025, janji tersebut menguap tanpa kepastian, meninggalkan kekecewaan mendalam di tengah masyarakat yang setiap hari harus menghadapi kesulitan akses.
Rusdi, selaku koordinator pemuda yang di percayakan oleh 4 desa terdampak, dengan tegas menyuarakan kekecewaan warga terhadap dua perusahaan BUMN tersebut.
“Kami mendesak PLN dan PLTA untuk segera menepati janji mereka. Jembatan ini bukan sekadar infrastruktur, tapi nadi kehidupan kami. Keterlambatan ini jelas merugikan masyarakat,” tegas Rusdi.
Lebih jauh, ia memberi peringatan keras bahwa masyarakat bisa saja turun ke jalan jika tuntutan ini terus diabaikan.
“Jangan sampai kami mengambil langkah yang di luar dugaan mereka. Kami bisa saja melakukan aksi, tapi sejauh ini kami masih menghormati keputusan dan janji mereka,” tambahnya dengan lantang.
Sementara itu, Direktur PLN Cabang Aceh Tengah, Purkan, ketika dikonfirmasi pada 28 Januari 2025, melempar tanggung jawab kepada PLTA. Menurutnya, anggaran untuk perbaikan jembatan berasal dari dana Corporate Social Responsibility (CSR) PLTA, namun ia mengaku tidak tahu sejauh mana progres pengerjaan tersebut.
“Saya sarankan untuk langsung berkoordinasi dengan pihak PLTA terkait hal ini,” ujar Purkan singkat.
Hingga berita ini diterbitkan, pihak PLTA masih bungkam, tanpa ada pernyataan resmi terkait kelanjutan perbaikan jembatan yang mereka janjikan. Sementara itu, di lapangan, kesabaran masyarakat semakin menipis. Jika janji ini terus dikhianati, bukan tidak mungkin aksi protes besar akan terjadi.