Takengon – pilargayonews.com | Prosesi adat Munyerahni Murid Ku Tengku Guru kembali digelar di awal tahun ajaran baru di Kabupaten Aceh Tengah, Senin (14/07/2025). Kegiatan yang berlangsung di SD Negeri 9 Lut Tawar Aceh Tengah ini menjadi momen sakral yang menyatukan nilai-nilai budaya Gayo, ajaran agama, dan semangat pendidikan.
Prosesi adat tepung tawar yang dibacakan dalam bahasa Gayo disaksikan langsung oleh seluruh wali murid sebagai bentuk penghormatan terhadap guru dan awal tanggung jawab bersama dalam dunia pendidikan.
Bupati Aceh Tengah, Drs. Haili Yoga, M.Si., yang hadir dalam kegiatan tersebut menegaskan bahwa momen ini bukan sekadar seremoni, melainkan perwujudan komitmen masyarakat Gayo terhadap pendidikan. “Ini adalah hari sakral. Wali murid kelas satu wajib mengantar anak ke sekolah dan menyerahkannya secara adat kepada guru, karena pendidikan adalah tanggung jawab bersama antara orang tua, guru, dan pemerintah”, ujarnya.
Dalam sambutannya, Bupati Haili Yoga juga menyampaikan rencana penerbitan surat edaran tentang pembatasan penggunaan gawai (HP) di lingkungan sekolah. Edaran ini akan diberlakukan mulai dari tingkat TK hingga SMA untuk mengatur penggunaan HP selama jam belajar, demi menjaga fokus dan disiplin siswa.
“Kita ingin anak-anak kita tumbuh dengan karakter yang baik, dan salah satunya dengan membatasi ketergantungan pada gawai. Kita akan minta sekolah dan guru mendampingi siswa dengan lebih aktif, dan peran orang tua sangat penting dalam mengontrol ini dari rumah”, kata Bupati.
Selain itu, ia juga menyoroti pentingnya keteladanan dari orang tua. “Nanti kita akan tanya anak-anak, apakah ayahnya juga membaca Alquran? Karena kita ingin membangun generasi yang kuat dari rumah-rumah yang makmur dengan shalat subuh, dan keluarga yang hidup dengan nilai-nilai agama”, tambahnya.
Menurut Haili Yoga, keberhasilan pendidikan tidak hanya terletak pada kurikulum, tetapi juga pada keterlibatan aktif orang tua dan penghormatan terhadap guru dan menekankan pentingnya membangun komunikasi antara wali murid dan guru bimbingan konseling (BK) agar masalah anak bisa diselesaikan dengan dialog, bukan langsung dengan pelaporan yang merusak suasana pendidikan.
“Kalau ada masalah kecil di sekolah, diskusikanlah dulu. Jangan sedikit-sedikit lapor polisi. Ini membuat kualitas pendidikan kita menurun. Sekolah adalah tempat membina, bukan membinasakan”, tegasnya.
Bupati juga mengingatkan bahwa tidak ada orang tua yang ingin anaknya gagal. Karena itu, sukses seorang anak dimulai dari menghargai orang tua dan mendoakan gurunya. “Orang tua yang ikhlas dan guru yang didoakan akan membuka jalan berkah bagi masa depan anak-anak kita”, ucapnya.
Prosesi adat penyerahan murid ini menjadi simbol melestarikan nilai-nilai budaya dalam mendukung kualitas pendidikan di Aceh Tengah.